Teman Tidur adalah horor lokal paling aneh tahunan ini. Tidak sebab ceritanya, mengingat ia punyai alur klise berkaitan perundungan berlatar Sma. Keanehan terletak terhadap aspek tekhnis, baik audio maupun visual. Antara pembuatnya memang punyai visi “Nyentrik”, atau terdapat rusaknya information selama lima year penantian rilis (Film ini diproduksi terhadap 2018).

Cii-ciri utamanya adalah Amanda (Givina Lukitadewi), siswi pindahan yang tinggal di asrama agar fokus mempersiapkan diri jelang olimpiade hayati. Sewaktu Amanda menjadi korban perundungan, dukungan mampir berasal dari Claudia (Gesya Shandy), yang merupakan anggota geng Adam (Baskara Mahendra), putera ketua alumni sekolah.

Amanda pun bergaul bersama dengan Adam dan mitra-mitra, tanpa jelas bahwa mereka dicurigai sebagai penyebab di balik ketentuan bunuh diri seorang siswi bernama Kelly (Mutiara Sofya).&Nbsp;

Wajib saya akui, peraturan naskah protesis Evelyn Afnila (Keluarga Tak Kasat Mata, Pamali), Gea Rexy (Dear Nathan, Qodrat), dan Asaf Antariksa (Qodrat, Iblis didalam Kadar), untuk membawa dampak Amanda bergaul bersama dengan geng Adam alih-alih menjadikannya korban mereka, memadai unik.

Tonton segera disini : Download film gratis

Pun di luar satu dosa besar di era lalu, mereka tidak sosok “Pengganggu” bagi siswa lain. Apalagi mereka sendiri menjadi korban penindasan oleh tuntutan-tuntutan orang tua. Misal Adam yang dipaksa masuk Ipa, atau Claudia yang mengubur cita-cita sebagai atlet renang. 

Sayang, naskahnya mengembangkan elemen-elemen di atas guna melahirkan penelusuran kompleks berkenaan isu perundungan. Namun apa pun kekurangan tentang penceritaan, bukan tersedia apa-apanya dibanding kejanggalan departemen tehnis. 

Ray Nayoan (Jelita Sejuba: Mencintai Kesatria Negara) selaku pengarah adegan getol betul menerapkan mobilitas lambat, terhitung di peristiwa yang tak memerlukan tersebut. Di sebagian adegan bersama mobilitas lambat, nada dihilangkan, digantikan oleh musik yang ulang-kembali tujuannya patut dipertanyakan. Saking bukan memahami intensinya, saya curiga tersedia fail audio yang hilang di pasca produksi, lalu untuk mengakalinya, pilihan nyeleneh tadi pun dipakai.

 

Atau jangan-jangan sang pengarah adegan memang bercita-cita jadi Zack Snyder? Dikarenakan tak sekedar mobilitas lambat, Teman Tidur sempat secara tiba-tiba kenakan lens flare, dan juga pewarnaan yang cenderung mute di sebagian titik. Pewarnaannya inkonsisten. Kadang normal, bersama rona-rona sebagaimana di global konkret, sebelum mendadak (Baca: di shot berikutnya) rona tersebut memudar. 

Di babak kedua, karakternya memutuskan mengunjungi dukun sebab teror arwah Kelly sudah merenggut nyawa lebih dari satu berasal dari mereka. Sesampainya di kediaman si dukun, saya kaget lihat latarnya yang dibuat memakai CGI berkualitas butut. Ini tempat tinggal dukun. Tidak gubuk tani Thanos. Apa perlunya Cgi?&Nbsp;

Setidaknya Teman Tidur menampik membohongi penonton. Judulnya adalah bentuk kejujuran. Diisi penampakan hantu tak mengerikan, shot demi shot yang berjalan lebih lama berasal dari keperluan, sampai titik puncak absurd minim intensitas, memicu film ini pantas dijadikan teman tidur. Meskipun judul “Obat Tidak bisa tidur” rasanya lebih cocok.