Para tukang bangunan tentu dulu mengalami pengalaman beberapa kali berjumpa bersama tuan tempat tinggal yang tidak begitu menyenangkan. Ada yang selalu sabar hadapi tetapi tersedia juga yang akhirnya memilih untuk mengundurkan diri.

Sebab dari beberapa style pengguna jasa atau pemilik rumah, menunjukkan sikap yang tidak cukup disukai oleh para tukang bangunan. Dan umumnya, inilah style tuan tempat tinggal yang tidak disukai oleh tukang bangunan.

8 Tipe Tuan Rumah Yang Biasanya Tidak Disukai Tukang Bangunan

  1. Pelit
    Tuan tempat tinggal yang pelit kebanyakan tidak menambahkan apa pun diluar gaji dari tukang bangunan tersebut. Bahkan barangkali hanyalah minuman air putih pun tidak keluar. Meskipun itu tidak harus, tetapi pekerja bangunan sesungguhnya udah biasa menerimanya. Meskipun sejak perjanjian awal tidak menyertakan, tetapi kebanyakan tuan tempat tinggal selalu menambahkan cemilan atau minuman minimal satu minggu sekali.
  2. Banyak komplain padahal pekerjaan udah benar
    Pekerjaan sesungguhnya udah benar, dan itu dari cara pandang netral. Tapi tuan tempat tinggal selalu komplain dikarenakan jadi tidak sempurna. Sehingga pekerja harus berusaha lebih baik lagi untuk memperbaikinya. Padahal ketidaksempurnaan yang dimaksud tuan rumah, sesungguhnya masih dalam batasan wajar bagi pekerja bangunan yang udah ahli sekalipun.
  3. Full time mengawasi padahal tukang tidak miliki tekad buruk
    Pekerja bangunan yang diawasi tuan tempat tinggal secara full time itu rasanya tidak nyaman. Bukan dikarenakan tersedia tekad buruk tetapi diawasi rasanya seperti tidak tersedia kepercayaan serupa sekali. Seolah-olah tuan tempat tinggal sangat jadi curiga. Masih mending terkecuali tuan tempat tinggal mengawasi beberapa pas lantas pergi dan lagi lagi. Kalau ditungguin konsisten menerus, banyak tukang yang tidak bahagia bersama tuan tempat tinggal seperti itu. Kecuali tuan tempat tinggal turut menopang dalam pengerjaan.
  4. Bayaran ditunda-tunda
    Tukang itu udah punya kebiasaan bersama pemasukan mingguan, tiap tiap sabtu atau hari spesifik menerima upah dari pekerjaannya. Kalau ditunda bersama beragam alasan, maka tukang juga bakal malas. Apalagi dalam manajemen keuangan, tukang udah punya kebiasaan bersama pengeluaran mingguan juga.
  5. Sok mengajari padahal salah
    Tuan tempat tinggal yang tidak menyadari tetapi mengajari cara yang salah. Padahal tukang udah miliki pengalaman lebih banyak di lapangan. Bisa saja dikarenakan tuan tempat tinggal cuma menyadari teori yang tidak sanggup diterapkan dalam seluruh kondisi. Tapi dikarenakan jadi teori tersebut benar, akhirnya menyalahkan cara tukang yang udah teruji hasilnya.
  6. Uang lembur tidak pantas
    Ada kalanya tukang diminta untuk kerja lembur. Setelah upah di terima ternyata uang itu tidak layak atau tidak seimbang bersama pas yang udah dikeluarkan. Misalnya lembur 7 jam kebanyakan sanggup tambahan 100 ribu cocok standar di area tersebut, tetapi tukang cuma mendapatkan setengahnya. Tentu saja itu sangat menyakitkan.
  7. Bayaran yang diberikan di bawah standar
    Kebanyakan tukang yang mengerjakan secara pribadi apalagi udah sama-sama kenal, membicarakan upah harian itu suatu hal yang tabu. Tuan tempat tinggal dianggap udah menyadari bersama sendirinya. Tapi setelah gajian, ternyata uang yang di terima jauh di bawah standar.
  8. Suka marah-marah
    Salah sedikit marah serupa tukang apalagi memaki bersama kata kasar. Ada tuan tempat tinggal seperti itu, kebanyakan dikarenakan jadi miliki power agar semena-mena kepada tukang bangunan. Atau barangkali kemarahan itu cuma sebagai pelampiasan dikarenakan dalam situasi lain tidak miliki kuasa kala dibuat kesal oleh orang lain.