Kambing perah merupakan hewan ruminansia yang memiliki kemampuan menyediakan susu segar untuk memenuhi kebutuhan susu di Indonesia. Salah satu alasan kemungkinan ini adalah susu kambing memiliki nilai gizi dan daya serap yang sebanding dengan susu sapi.

Selain itu, susu kambing berpotensi menjadi pengganti susu sapi bagi penderita alergi. Akibat kejadian ini, perawatan kambing perah sangat diminati. Selain itu, penelitian menunjukkan bahwa susu kambing PE dapat digunakan untuk mengobati berbagai penyakit, antara lain asma, TBC, obat kuat, dan pemulihan kesehatan. Kambing Saanen dan Kambing PE merupakan dua jenis kambing yang banyak dijumpai di Indonesia.

Kambing Saanen merupakan kambing perah yang berasal dari kawasan Saanen Swiss dan kini telah menyebar ke berbagai negara termasuk Indonesia. Kambing Peranakan Etawa yang sering disebut kambing PE merupakan hasil persilangan antara kambing asli Indonesia dengan kambing Etawah.

Kambing Saanen dan PE memiliki kemampuan genetik untuk membuat susu. Pemeliharaan kambing perah yang benar untuk tujuan komersial memerlukan pemilihan kambing perah dengan performa yang optimal.

Kambing perah varietas Saanen dan PE telah tersebar di seluruh Indonesia. Perbandingan antara kambing Saanen dan kambing PE diperlukan untuk mengetahui seberapa jauh perbedaan performa kedua kambing tersebut.

Kambing Saanen merupakan ternak dwiguna yang potensial yang perlu dikembangkan sebagai sumber protein hewani yang dapat menghasilkan susu dan daging. Menurut penelitian, kambing Saanen jantan memiliki berat antara 68 dan 91 kilogram, sedangkan betina memiliki berat antara 36 dan 63 kilogram dan menghasilkan 740 liter susu per laktasi. Puting kambing Saanen terletak di antara perut dan kedua kaki belakang, dan bulu kambing pendek dan putih, dengan hidung lurus dan wajah segitiga. Jantan dan betina memiliki tanduk, panjang ambing bervariasi antara 3 dan 4 cm, dan panjang puting 5 hingga 6 cm.

Meneliti catatan produksi susu harian yang ada, serta bentuk dan bagian luar tubuh, merupakan salah satu teknik untuk mengidentifikasi kambing perah laktasi yang cocok. Kualitas genetik, umur induk, dimensi ambing, bobot hidup, lama laktasi, kondisi iklim setempat, adaptasi hewan, dan aktivitas pemerahan semuanya mempengaruhi produksi susu kambing Saanen. Menurut penelitian, kambing Saanen adalah kambing perah terbaik di dunia, mampu menghasilkan 3-4 liter susu setiap hari. Kambing Saanen dapat menghasilkan 5 sampai 6 liter susu per hari di masa jayanya.

Potensi Produksi Susu kambing Saanen

Produksi susu kambing lokal berkisar 0,1-2,2 liter per ekor per hari, sedangkan produksi susu kambing di daerah subtropis mencapai 5-6 liter per ekor per hari. Jika dibandingkan dengan jenis kambing lainnya, kambing Saanen memiliki rata-rata produksi yang paling tinggi. Produksi ASI mereka bisa mencapai 4 liter per hari. Produksi susu kambing Saanen selama satu siklus laktasi adalah 2695,3 kg. Kesehatan ternak, manajemen, pola makan, manajemen pemerahan, dan umur merupakan faktor-faktor yang mempengaruhi produksi susu. Serangan mastitis subklinis, menurut penelitian, merupakan salah satu penyebab yang mempengaruhi penurunan produksi ASI.

Bentuk kambing membedakan kambing perah dengan jenis kambing lainnya. Puting susu kambing perah lebih besar untuk memperlancar produksi susu. Ukuran ambing mulai tumbuh sepanjang masa remaja ketika sistem duktus mengembang karena efek hormonal. Karena pertumbuhan alveolus yang cepat, ukuran ambing 5 akan membesar dengan bertambahnya usia kehamilan. Sel-sel sekretori yang membuat susu berperan sebagai jaringan lemak. Ukuran ambing tidak membesar selama menyusui, meskipun dapat menghasilkan susu.